Belajarlah karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dalam keadaan berilmu, dan tidaklah orang yang berilmu seperti orang yang bodoh.
Sesungguhnya suatu kaum yang besar tetapi tidak memiliki ilmu maka sebenarnya kaum itu adalah kecil apabila terluput darinya keagungan (ilmu).
Dan sesungguhnya kaum yang kecil jika memiliki ilmu maka pada hakikatnya mereka adalah kaum yang besar apabila perkumpulan mereka selalu dengan ilmu.

Jumat, 09 Mei 2014

Arahan-arahan Lembut Berhiaskan Faedah

Arahan-arahan Lembut Berhiaskan Faedah
Oleh : Ustadz Ibnu Yunus -hafizhahullah-

Berikut ini adalah nasehat yang indah serta faedah yang tak ternilai harganya yang disampaikan oleh Syaikh (Professor) Dr. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily, – Semoga Allah menjaga beliau – ,guru besar aqidah pada Universitas Islam Madinah, Kerajaan Saudi Arabia, yang disampaikan oleh beliau sebagai arahan dan nasehat bagi seluruh kaum muslimin dan secara khusus kepada para pemuda Ahlus Sunnah. Kami nukilkan dari buku tulisan beliau yang berjudul   
” النصيحة فيما يجب مراعاته عند الإختلاف و ضوابط هجر المخالف و الرد عليه
(Nasehat tentang perkara-perkara yang wajib untuk dijaga ketika terjadi perbedaan pendapat serta kaedah-kaedah dalam memboikot ahlul bidah dan membantah mereka ) , cetakan pertama, penerbit Daaru Al Imam Ahmad,1424 H/ 2003 M. Selamat menyimak dan semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan bagi kita untuk dapat mengamalkan nasehat-nasehat indah tersebut,amin.
Berkata Syaikh Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily – semoga Allah Ta’ala menjaga beliau- :
Aku menutup nasehat ini dengan beberapa arahan yang lembut serta faedah yang banyak yang menurut pendapatku dengan mengamalkannya (kita) akan mendapatkan pahala yang besar serta kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala. Aku mengajak saudara-saudaraku untuk mengamalkan dan menjaganya, secara khusus pada zaman-zaman sekarang ini. Zaman dimana fitnah merajalela, hawa nafsu memimpin, serta kejahilan yang menyebar di tengah-tengah manusia, kecuali orang-orang yang mendapatkan rahmat Allah dan petunjuk-Nya.
1. Ketahuilah, saudaraku Ahlus Sunnah, sesungguhnya jika engkau adalah seseorang yang senantiasa berkomitmen (berpegang teguh) kepada As Sunnah (Sunnah Rasulullah Shollallahu alaihi Wasallam) dengan benar , maka tidak akan memberikan mudhorat (kerusakan) kepadamu tipu daya penduduk bumi ini dan tidak akan mengeluarkanmu dari As Sunnah tuduhan mereka kepadamu  dengan bid’ah.
Namun jika engkau di atas penyimpangan dan kesesatan – Aku memohon perlindungan kepada Allah bagimu dari perkara tersebut-, maka tidak akan bermanfaat disisi Allah pujian manusia kepadamu dan penyandaran (penisbahan) dirimu kepada Sunnah serta pengagungan mereka terhadapmu dengan julukan-julukan (gelar) yang palsu.
Sesungguhnya Allah Maha Tahu akan keadaan (diri)mu apa yang engkau tahu ada pada dirimu sendiri. Maka berhati-hatilah dari menipu diri sendiri.
Dan cukuplah bagimu sebagai peringatan dari keadaan (seperti) itu wasiat Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas- Semoga Allah meridhoi beliau. (Dalam Hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzy (no. 2516) dan Imam Ahmad (no. 2669)). Dan hadits tentang tiga orang yang pertama kali api neraka akan
dinyalakan bagi mereka pada hari kiamat.(Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim (no. 1905)).
2. Ketahuilah, bahwa para ulama Ahlus Sunnah yang kokoh keilmuannya, mereka tidaklah mencapai apa yang telah mereka capai dari kedudukan yang tinggi dalam agama serta ketokohan kecuali dengan kesabaran dan keyakinan,bersama dengan taufik (hidayah) dari Allah Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”(QS As Sajadah :24).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah – rahimahullah Ta’ala- berkata :
“Dengan kesabaran dan keyakinan akan diraih ketokohan dalam Agama.”
Dan keyakinan adalah kekuatan dalam ilmu yang dibangun di atas dalil yang shohih (kuat) dan pemahaman yang selamat. Bukan (seperti) apa yang diridhoi oleh sebahagian penuntut ilmu untuk dirinya yang mana mereka mencukupkan bagian mereka dari ilmu dengan taklid kepada seorang alim atau penuntut ilmu. Dan dengan klaim bahwa kebenaran hanya ada pada mereka dan bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui tentang sunnah selain mereka.
Dan kesabaran adalah keteguhan dalam menuntut ilmu yang disertai dengan beramal dengannya dan menyibukkan waktu sepanjang malam dan siang dengan perkara tersebut. Berbeda dengan sebahagian orang yang lemah semangat (tekadnya) dalam perkara tersebut lalu ia memilih untuk bersantai dan justru nenyerahkan dirinya kepada syahwat hawa nafsunya. Tidak ada semangat untuk menuntut ilmu dan tidak ada pula semangat untuk beramal.
3. Ketahuilah, bahwa pengkafiran, pembidahan, dan penetapan kefasikan adalah wewenang (hak) Allah. Maka hati-hatilah dari mengkafirkan atau mebid’ahkan atau memvonis fasik seseorang yang tidak berhak mendapatkannya. Meskipun ia mengkafirkan engkau, membid’ahkanmu, atau memvonismu fasik. Karena sesungguhnya ahlussunnah tidak membalas kezholiman orang-orang yang menyelisihi mereka dengan kezoliman pula. Hanyalah hal ini merupakan ciri dan sifat ahlul bid’ah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
“Kelompok sempalan khawarij memvonis kafir ahlussunnah demikian pula dengan mu’tazilah, mereka mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka. Demikian pula dengan golongan rafidhoh. Dan siapa yang tidak mereka kafirkan maka mereka memvonisnya dengan kefasikan. Adapun ahlussunnah maka mereka mengikuti kebenaran yang datang dari Rabb mereka yang telah dibawa oleh Rasulullah shollahu ‘alaihi wasallam. (Namun) mereka tidak mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka dalam perkara tersebut. Justru mereka lebih mengetahui tentang kebenaran dan lebih menyayangi seluruh makhluk”. (Minhajus Sunnah 5/158)
4. Janganlah engkau memboikot saudara-saudaramu yang memboikotmu jika memboikotnya tidak disyari’atkan. Akan tetapi segeralah mendahuluinya dengan salam dan bersikap lembut kepadanya, serta hilangkanlah darinya syubhat (kesamaran) yang karenanya ia memboikotmu. Jika ia berpaling setelah itu maka janganlah engkau menyakini dengan hatimu pemboikotan terhadapnya dan jangan sibukkan dirimu untuk menggolong-golongkannya. Engkau telah lepas (bebas) dari dosa memutuskan silaturrahmi dan dialah yang mendapatkan hukuman (dosanya).
5. Celaan manusia terhadap dirimu, baik berupa celaan pada diri pribadimu , maupun dengan penyandaran kepada dirimu suatu kebatilan yang menyelisihi perkataan Ahlussunnah; maka apa yang merupakan celaan  pada diri pribadimu seperti perkataan orang yang menyelisihimu : “(engkau) Orang yang sesat, jahil (bodoh), tidak memahami”, maka janganlah engkau membela-bela dirimu. Sebab jika engkau melakukannya maka engkau akan terjerumus kedalam bentuk pensucian diri yang padanya terdapat kebinasaan yang nyata. Seseorang pernah mencela seorang tokoh terkemuka dari para salaf dengan suatu kalimat. Maka tokoh tersebut hanya menjawab : “Engkau tidak terlalu jauh”
Dan adalah ahlul bid’ah mensifatkan ulama ahlussunnah dengan tuduhan-tuduhan besar dan keji namun mereka (para ualama ahlus sunnah) tidak memperdulikan hal tersebut. Dan mereka (para ulama ahlussunnah) hanyalah membantah dalam apa yang mereka (ahlul bidah) terjerumus pada kesalahan dalam perkara agama dan memberikan nasehat kepada ummat. Maka bagi kita terdapat suri tauladan yang baik pada diri mereka (para ulama).
Adapun jika mereka menyandarkan kepadamu suatu perkataan batil misalnya dikatakan : “Si fulan berkata begini dan begitu” yang kemudian disandarkan kepadamu apa yang tidak engkau katakan maka tolaklah itu darimu agar tidak disandarkan kepadamu suatu kebatilan.
Dan senantiasa para ulama memberikan bantahan terhadap apa yang disandarkan kepada mereka dari perkataan-perkataan yang tidak mereka katakan. Dan ini bukanlah bentuk mensucikan diri sama sekali. Bahkan dari bentuk nasehat kepada ummat. Berbeda antara bentuk yang ini dengan bentuk yang sebelumnya. Maka berpegang teguhlah dengan petunjuk para ulama dalam perkara ini. Dan janganlah engkau seperti sebagian orang jahil yang jika dikritik dengan satu kalimat maka ia akan memenuhi dunia ini dengan pujian dan pengagungan terhadap dirinya. Semoga Allah melindungi kita dari kehinaan.
Dan yang terakhir,
Ketahuilah bahwa manusia menjadi besar dengan apa yang ada pada mereka dari amal (perbuatan). Maka jika engkau diatas sunnah maka engkau setiap hari akan menjadi besar dengannya. Dan tidaklah berlalu hari-hari hingga engkau (suatu saat) akan menjadi imam (tokoh) didalamnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”(QS As Sajadah :24)
Dan jika engkau diatas bid’ah maka engkau setiap hari akan menjadi besar dengannya pula. Dan tidaklah berlalu hari-hari hingga engkau (suatu saat) akan menjadi imam (tokoh) didalamnya.
Allah berfirman :
“Katakanlah : “Barangsiapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Allah yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya .”(QS Maryam : 75)
Dan Allah juga berfirman tentang Fir’aun dan kaum (pengikut)-nya setelah Allah mensifatkan mereka dengan sifat menyombongkan diri tidak pada tempatnya.
“Dan Kami menjadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka.”(QS Al Qashash : 41)
Maka pilihlah untuk dirimu dari amalan hari ini apa yang engkau harapkan  akan menjadi imam (tokoh) padanya di hari esok nanti.
Demikianlah dan hanya Allah yang Maha Tahu.
Semoga shalawat dan salam serta keberkahan tercurah kepada hamba Allah dan Rasul-Nya; Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ditulis oleh : Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili.    

Keterangan :
Kami membawakan materi pembahasan ini karena melihat betapa pentingnya nasehat yang beliau sampaikan ini bagi kita seluruhnya. Khususnya dalam menyikapi fenomena dan kenyataan yang terjadi dalam dakwah ahlus sunnah di Indonesia secara umum dan di wilayah Sulawesi Selatan dan sekitarnya pada akhir-akhir ini. Padahal Syaikh Ibrahim telah menuliskan nasehat tersebut sejak tahun 1424 H / 2003 M. Ketenangan dalam dakwah serta semangat dan antusiasme dari kaum muslimin terhadap dakwah, merupakan ciri yang dikenal dan dirasakan oleh kaum muslimin secara umum dan dikalangan para masyaikh dan para penuntut ilmu yang datang ke wilayah ini secara khusus. Tentu saja ini semata adalah berkat taufik dan rahmat Allah Ta’ala, kemudian nasehat dan arahan para masyaikh serta kesabaran dari para asatidz –semoga Allah menjaga mereka seluruhnya – demikianlah persangkaan kami dan hanya Allah yang menghisab mereka. Dan tentu saja semua anugerah dari Allah tersebut haruslah senantiasa kita syukuri dan kita jaga. Maka harapan kami mudah-mudahan dengan mengamalkan nasehat-nasehat tersebut kita bisa menjaga nikmat berjalan di atas Sunnah dan nikmat ketenangan dalam dakwah di atasnya. Amin yaa Mujiibas saailin.
Sebagai tambahan ilmu bahwa Syaikh Rabi bin Hadi bin Umair Al Madkholy – semoga Allah Ta’ala menjaga beliau – menyebutkan dalam kitab beliau :
بيان لما في نصيحة إبراهيم الرحيلي من الخلل و الإخلال
Penjelasan terhadap apa yang terdapat pada kitab “Nasehat” karya Ibrohim  Ar ruhaily dari kekurangan dan pengabaian . Penerbit Miraatsun Nabawy,tahun 1433 H / 2012 M
Bahwa Syaikh Robi berkata :
“… Kemudian Dr. Ibrahim menutup nasehat-nasehat tersebut dengan wasiat-wasiat yang bagus (jayyidah). Aku memohon kepada Allah agar memberikan taufik kepadanya untuk mewujudkan nasehat tersebut dengan sebaik-baiknya. Dan agar Allah memberikan taufik kepadanya dalam mengambil sikap yang benar terhadap apa yang terkandung dalam nasehat beliau dari kesalahan-kesalahan ilmiah. “ selesai.
Dan sungguh benar ucapan Syaikh Rabi tersebut dan beliau sungguh telah menasehati. Dan sungguh kita semua layak dan sangat membutuhkan nasehat dari Syaikh Ibrahim tersebut untuk kita amalkan dalam kehidupan kita. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan ahlus sunnah wal jamaah di atas Kitabullahi Ta’ala Al Mubin dan Sunnah Rasulullah –Shallallahu alaihi wasallam – Al Amin .
Demikianlah, apa yang ada pada tulisan ini dari kebenaran maka sesungguhnya datangnya dari Allah jua. Dan apa yang salah dan keliru adalah dari diri kami dan dari syaitan, Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dan kami memohon ampun kepada Allah dan bertaubat hanya kepada-Nya.
و صلى الله على نبينا  محمد و على آله و صحبه و التابعين لهم بإحسان الى يوم الدين
Disusun dan diterjemahkan oleh  Abu Abdurrahman Ibnu Yunus -semoga Allah mengampuninya- di Bontomanai, Bontomarannu, Gowa, pada tanggal 11 Jumadil Akhir 1435 H / 11 April 2014.

0 komentar:

Posting Komentar